Senin, 12 Oktober 2009

Bilirubin atau Penyakit Kuning

Apa yang disebut bilirubin?

Bayi kuning terjadi karena adanya peningkatan bilirubin di dalam darah. Bilirubin merupakan hasil pemecahan sel darah merah yang telah mecapai usia tertentu (sel yang telah tua). Bila jumlahnya di dalam darah cukup banyak, ia akan ditimbun di bagian-bagian tubuh tertentu. Gejala yang terlihat ialah warna kuning pada kulit, bagian putih bola mata dan mukosa (selaput lendir) tubuh.

Dalam prosesnya bilirubin akan ditemukan dalam 2 bentuk. Yang pertama yang disebut bilirubin bebas (indirek), merupakan hasil pemecahan hem yang merupakan hasil penguraian hemoglobin (zat dalam sel darah merah). Bilirubin ini bersifat racun, sukar larut dalam air mudah larut dalam lemak, dapat menemus lapisan pelindung otak sehingga menyebabkan kerusakan. Yang kedua bilirubin direk yang merupakan hasil perubahan dari bilirubin indirek di hati. Bilirubin ini mudah larut dalam air sehingga lebih mudah dikeluarkan oleh tubuh.


Mengapa banyak terbentuk bilirubin?

Pada saat masih dalam kandungan, karena paru-paru yang belum berfungsi, janin memiliki sel darah merah yang sangat banyak. Sel darah merah inilah yang dibutuhkan untuk mengangkut oksigen dan zat makanan dari ibu ke janin. Setelah lahir, paru-paru mulai berfungsi, sel darah merah tak dibutuhkan lagi akan dihancurkan. Proses penghancuran ini akan menghasilkan bilirubin.

Bayi cukup bulan mempunyai batas aman untuk kadar bilirubin 12 mg/dl. Sedangkan bayi kurang bulan, batas aman kadar bilirubinnya adalah 10 mg/dl. Jika kadarnya meningkat diluar kadar tersebut disebut hiperbilirubin (patologis, penyakit). Bilirubin yang terlalu tinggi pada keadaan tertentu dapat masuk kedalam otak dan menyebabkan kerusakan otak dengan gejala gangguan pendengaran, keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku.


Penanganan bayi kuning

Kuning yang fisiologis (normal) biasanya dimulai 24 jam setelah lahir dan hampir sebagian besar terjadi pada usia 2-4 hari . Biasanya kuning akan menghilang atau berkurang pada usia 1 sampai 2 minggu. Kuning dengan kadar bilirbin tinggi merupakan hal yang patologis. Ini dapat disebabkan oleh berbagai penyakit seperti hepatitis, toksoplasma, sifilis, malaria, kelainan di saluran empedu atau ketidak cocokan golongan darah atau rhesus ibu dan bayi.

Pemberian ASI (Air Susu Ibu)

Pada bayi yang kuning sebagian ibu-ibu menghentikan pemberian ASI. Menurut rekomendasi AAP, justru pemberian ASI tidak boleh dihentikan, bahkan harus ditingkatkan (lebih kurang 10-12 kali sehari). Sedangkan pemberian banyak air putih tidak akan menurunkan kadar bilirubin.

Terapi sinar

Dilakukan di klinik atau rumah sakit. Caranya yaitu dengan memberikan sinar lampu berspektrum 400-500 nanometer pada kulit bayi. Dengan terapi sinar bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecah sehingga mudah larut dalam air, dieksresikan dengan cepat ke dalam kandung empedu dan dikeluarkan dari dalam tubuh.

Transfusi tukar

Ialah suatu tindakan mengganti darah bayi yang mengandung kadar bilirubin yang sangat tinggi (lebih dari 20 mg/dl pada bayi usia 2 hari, lebih dari 25 mg/dl pada bayi usia lebih dari 2 hari) dengan darah donor yang sesuai dengan darah bayi.

Terapi dengan sinar matahari

Terapi dengan sinar matahari saat ini masih menjadi perdebatan. Dasar pemberian sinar matahari karena sinar matahari mempunyai panjang gelombang sekitar 450-460 nm. Sinar yang mempunyai spektrum emisi pada panjang gelombang tersebut (warna biru, putih dan sinar matahari), akan memecah bilirubin menjadi zat yang mudah larut dalam air.

Bayi yang kuning dengan kadar fisiologis, dapat dijemur di bawah sinar matahari pagi antara pukul 07.00 sampai 09.00, adalah merupakan waktu yang paling efektif, jadi tidak dapat sepanjang waktu, serta belum terlalu panas. Penjemuran biasanya diberikan selama lebih kurang 15 hingga 30 menit.

Beberapa ahli yang tidak setuju dengan penjemuran, berpendapat bahwa meletakkan bayi dibawah sinar matahari tidak akan menurunkan kadar bilirubin dalam darah. Malahan sinar matahari tersebut akan menyebabkan luka bakar pada kulit. Selain itu bayi akan kedinginan. Oleh karena itu yang terpenting ialah memberikan ASI secara cukup dan teratur pada bayi-bayi yang kuning, bahkan dengan frekuensi yang lebih ditingkatkan.

Kuning ialah suatu pertanda, merupakan proses alamiah walaupun dapat pula menjadi sesuatu yang patologis. Yang penting diperhatikan ialah kuning harus dapat dikendalikan sehingga tidak menjadikan bahaya. Penjemuran dengan sinar matahari masih dapat dilakukan dengan memperhatikan kondisi-kondisi yang menjadi kontra indikasi.
Referensi

Senin, 05 Oktober 2009

DERASYA MELVINO FIANTISCA

Kamis 1 Oktober 2009 pukul 13.50 WIB, alhamdullilah putra keduaku lahir di rumah sakit Hermina Bogor dengan bantuan Dr. Surya Chandra, SpK dan Dr. Murdani SpA . Secara fisik putraku lahir dalam keadaan normal dengan berat 3,4 kg dan panjang 50 cm, namun berbeda dengan kelahiran kakak pertamanya Naufal Farrell yang berjarak sekitar 4 tahun (lahir 9 juni 2005), putra keduaku memang lahir agak "dipaksakan" karena posisinya yang menjelang kelahiran masih dalam keadaan melintang dari hasil pengecekan USG. Yap dengan terpaksa saya dan istri harus merelakan persalinan secara cesar. Setelah melakukan tes anastesi sehari sebelumnya kepada Dr Batara, tanggal 1 Oktober 2009 kami sepakati bersama sebagai hari lahirnya si kecil.Namun pemilihan tanggal tersebut tanpa bermaksud atau memiliki motif maupun mitos apapun, hanya sekedar memudahkan dan terkesan manis saja jika kelahiran bayi kami pada angka 0110 seperti mengenang awal saya dan istri menjalin ikatan.

Sekitar 20 menit setelah bayi kami lahir, seorang suster memanggil nama saya dan saya dipertemukan dengan Dr. Murdani yang membantu proses kelahiran. Alangkah kagetnya mendengar penjelasan dari Dokter tsb bahwa anak kami lahir dalam keadaan biru di sekejur tubuh akibat kekurangan oksigen yang disebabkan oleh terlilit tali pusar. Dokter menyarankan untuk dilakukan tes laboratorium perina, dimana bayi akan dilakukan observasi dengan memberikan oksigen untuk melancarkan pernafasan. Namun sebelum perawatan lanjutan dilakukan, saya diizinkan untk mengadzankan sang bayi. Selagi mengadzankan, terlihat wajah mungil sang bayi yg msh menggunakan alat bantu pernafasan seakan akan mengerti kehadiran ayahnya. Seketika itu pula saya berkesempatan mengambil gambar sang bayi dengan handycam yang telah saya persiapkan sebelumnya.Karena waktu terbatas, suster mempersilahkan saya keluar dari ruang perawatan tersebut.

Terlihat dari balik kaca perawatan, jabang bayi diletakkan dalam inkubator khusus dalam ruang perawatan, sementara sang ibu masih belum keadaan sadar sepenuhnya akibat efek pembiusan spinal dalam proses persalinan cesar tersebut pada kamar berbeda yang hanya berjarak sekitar 6 meter dari bayi.

Dengan rasa was-was dan senantiasa berdoa dan berharap yang terbaik buat kesehatan si jabang bayi, hampir 2 jam lebih saya menanti kabar tentang kondisi bayi selama perawatan. Berhubung karena rasa khawatir yang terus memuncak, saya mendatangi Dr. Murdani yang kebetulan lewat. Sekelibat saya bertanya tentang kondisi bayi,dan alhamdulliah berkat kebesar Allah kondisi bayi kami dinyatakan membaik dan pernafasannya normal dan tidak perlu menjalani perawatan intensif. Alhamdulillah ya Allah....Engkau telah mengabulkan doa hamba-Nya. Anugerah ini tidak akan kami sia siakan.