Jumat, 25 September 2009

Ratu Demo Yang Harus Jualan Rujak Karena Uangnya Rp 67 Miliar Diembat Bank Century

Dalam dua pekan terakhir, SRI GAYATRI menjadi berita besar di Surabaya. Nasabah Bank Century (Antaboga) ini melakukan aksi teatrikal di Bank Century Surabaya menuntut pengembaian uangnya. Jumlahnya tak tanggung-tanggung: Rp 67 miliar.
Sri Gayatri, seorang nasabah Bank Century berjualan rujak di kantor Bank Century Panglima Sudirman Cabang Surabaya, Jumat (24/4/09). Aksi ini dilakukan sebagai buntut protes terhadap manajemen Bank Century yang tak kunjung mencairkan uangnya sebesar Rp67 milliar. Akibat aksi Gayatri tersebut, aktivitas Bank Century Panglima Sudirman Cabang Surabaya terpaksa dihentikan.

Aksi unjuk rasa Sri Gayatri sangat menarik. Membawa perlengkapan tidur dan bermalam di bank. Bergaya ala model di atas meja kantor. Membusungkan dada montoknya di depan staf Bank Permata. Berjualan rujak manis. Berpakaian ala badut. Dan sebagainya.
Sri Gayatri, seorang nasabah Bank Century membawa seperangkat tempat tidur untuk tidur-tiduran di Bank Century Panglima Sudirman Cabang Surabaya, Kamis (23/4/09). Aksi ini dilakukan sebagai buntut protes terhadap manajemen Bank Century yang tak kunjung mencairkan uangnya sebesar Rp67 milliar. Akibat aksi Gayatri tersebut, aktivitas Bank Century Panglima Sudirman Cabang Surabaya terpaksa dihentikan.

Sri Gayatri, seorang nasabah Bank Century membawa seperangkat tempat tidur untuk tidur-tiduran di Bank Century Panglima Sudirman Cabang Surabaya, Kamis (23/4/09). Aksi ini dilakukan sebagai buntut protes terhadap manajemen Bank Century yang tak kunjung mencairkan uangnya sebesar Rp67 milliar. Akibat aksi Gayatri tersebut, aktivitas Bank Century Panglima Sudirman Cabang Surabaya terpaksa dihentikan.

Saya menemui perempuan berdarah Dayak ini di sela-sela aksi jualan rujak di Bank Century Surabaya. Petikannya:

Oleh LAMBERTUS L. HUREK

Mengapa Anda berjualan rujak?

Saya menjual rujak karena keterpaksaan. Saya sudah tidak punya uang lagi. Dengan jual rujak siapa tahu ada pembeli dan saya bisa hidup untuk sementara.

Mengapa kok memilih rujak, bukan pecel atau rawon, misalnya?

Karena paling gampang. Paling gampang kan? Semua orang menyukai rujak, semua orang senang gitu.

Tapi ini kan bank, bukan warung?

Memang bukan warung, tapi saya tidak bisa mengontrak ruko untuk bikin warung. Ini (Bank Century) saya anggap tidak bisa membayar, ya, terpaksa saya pinjam kan. Kan boleh-boleh saja. Kan sah-sah saja.

Harganya berapa?

Hehehe… Harganya satu porsi Rp 15 ribu. Kalau misalnya saya dapat 500 porsi kan saya bisa memberi makan saya punya anak buah. Kalau SBY (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono) yang beli satu porsi Rp 1 miliar.
Ibu Sri Gayatri dalam demonya yang damai tidak anarkis, kasihan juga si ibu yah

Ibu Sri Gayatri dalam demonya yang damai tidak anarkis, kasihan juga si ibu yah

Apa yang saya lakukan ini kan juga untuk memperjuangkan keadilan dan hak asasi rakyat juga kan. Saya harus betanggung jawab semuanya, ya, kepada anak buah saya, keluarga saya, dan sebagainya. Saya lakukan ini atas dasar kebenaran.

SBY kan sibuk sekali.

Iya, jangan hanya ngurus caleg mencaleg aje! Pemerintah kan harus mengurus masyarakat. Kalau hanya ngurus caleg-mencaleg, saya juga bisa. Kalau SBY mengurus nasabah Bank Century, kita akan mendukung SBY. Lanjutkan!

Semoga laku ya, Bu.

Mudah-mudahan laku dan pasti laku. Saya panggil bos-bos gede untuk beli pasti mau karena saya yang ngulek sendiri. Kalau yang ngulek Anda kan nggak mungkin laku.

Idenya dari mana ide jualan rujak di dalam kantor bank, bermalam di Bank Century…

Dari saya sendiri. Saya sekarang kan tidak mempunyai uang. Bahkan, rumah pun sudah habis kontrakan. Uang saya juga ngendon di Bank Century. Kalau berjualan di lain tempat, mungkin saya menyewa. Tapi kalau jualan di Bank Century kan saya tidak perlu menyewa.

Selain tidak menyewa, saya juga sambil tunggu uang saya kembali. Dan mungkin ada respons-respons dari atasan, termasuk BI (Bank Indonesia), termasuk DPR, Pak SBY, Maryono yang tidak mau tahu urusan ini.

Sebetulnya apa sih solusi dari kasus Antaboga dan Bank Century ini?

Kalau Robert Tantular (pemegang saham Bank Century) tidak masuk di dalam penjara, dia masih bisa membayar kita punya simpanan dengan cara mencicil. LPS itu yang tidak mau tahu. Dua hari LPS mengambil alih Bank Century baru itu yang namanya Maryono (dirut Bank Century sekarang) sadar kalau itu kecolongan.

Bagaimana itu? Bisa kecolongan kayak gitu, seorang pejabat tinggi kok kecolongan! Akhirnya membiarkan kita kayak gini sengsara. Akhirnya membiarkan kita tidak dibayar. Apa maksudnya itu?
Sri Gayatri, nasabah korban Bank Century yang uangnya dibawa kabur oleh Robert Tantular

Sri Gayatri, nasabah korban Bank Century yang uangnya dibawa kabur oleh Robert Tantular

Lha, sedangkan di Antaboga, uangnya Robert Tantular itu bukan untuk menyinggung pembayaran kita, tapi untuk membayar ini: kredit-kredit macet dari Bank Century. Apa maunya dia? Asetnya Robert Tantular itu begitu besar. Tolong kembalikan kepada kita. Jangan buat bancakan! Gitu lho!

Ini rasanya Maryono dan kawan-kawan dan LPS ini mau memakai aset-aset itu untuk bancakan dia sendiri, untuk pribadi dan kantongnya dia sendiri kali. Saya rasa begitu.

Apa sudah mulai ada titik terang?

Saya berharap begitu, tapi masih belum. Saya mengharapkan Maryono dkk untuk datang ke Surabaya untuk memberikan jawaban. Saya sudah telepon, tapi tidak pernah diberikan jawaban.

Anda melakukan unjuk rasa dengan jualan rujak, tidur di Bank Century, apa itu efektif?

Saya nggak peduli efektif tidak efektif. Yang jelas, saya di sini untuk menagih. Saya begitu lama menagih, tapi tidak dibayar. Dan saya sampai kapan pun akan terus menagih. Sudah enam bulan saya berusaha menagih, tapi belum ada hasil.

Apa jawaban resmi?
Jawabannya: tidak dijamin oleh LPS.

Artinya, uang Anda yang miliaran itu tidak jelas nasibnya?

Dianggap hilang begitu. Katanya, itu perseorangan. Lha, kalau perseorangan itu yang menjual, kenapa tidak ditangkap semua ini? Kenapa hanya empat orang yang ditangkap? Padahal, sudah 200 lebih karyawan yang menandatangani bahwa seluruh Indonesia yang menjual itu. Mereka menjual, kita membeli, dibilang fiktif, penipuan. Bukan perseorangan yang menipu, tapi Maryono LPS sekarang. Tidak bertanggung jawab. Orang dia mengambil alih kok.

Maaf, kalau bisa suaranya jangan keras-keras! Hehehe…

Ah, suaraku memang meledak-meledak begini. Aku ini orang Kalimantan ya begini ini.

Uang Anda kok banyak banget, Rp 69 miliar. Itu dari mana saja?

Itu uang dari perusahaan dan keluarga saya. Menyangkut semua. Dulu, saya percaya dengan Bank Century yang ternyata pelayanannya sangat bagus, sehingga saya membawa keluarga dan keluarga dan keluarga. Saya berhubungan dengan Bank Century dari 2004.

Anda tidak curiga atau punya feeling kurang enak dengan Bank Century?

Saya tidak curiga sama sekali. Saya sebelum ke Bangkok, tanggal 28 Oktober itu, punya saya cair. Ternyata, seminggu kemudian setelah saya pulang ke Indonesia, ternyata tidak bisa dicairkan. Tentu saja, saya sangat terkejut sekali.

Anda kan cerdas dan sudah lama berhubungan dengan perbankan. Kok bisa tertipu? Kok bisa dirayu orang-orang Bank Century?

Ini bukan soal cerdas dan tidak cerdas. Bank Century ini sangat-sangat luar biasa. Service, pelayanan, familiar… sangat-sangat luar biasa. Saya nelpon saja, mereka selalu melayani saya luar biasa.

“Bu, bisa kita antar ke rumah bilyetnya”, “Bu, ayo kita makan”… Kalau servisnya kayak gitu, siapa yang gak senang? Mereka benar-benar menjaga hubungan bisnis yang baik dengan kami. Dan perlu saya tegaskan: saya ini tidak bisa dirayu siapa pun!
Robert Tantular, yang sudah kabur keluar negeri membawa uang nasabah, akibat kelambanan dan ketidaktegasan pemerintah dan aparat, sangat berbeda sikap dalam kasus para ketua KPK yang cepat diamankan aparat

Robert Tantular, yang sudah kabur keluar negeri membawa uang nasabah, akibat kelambanan dan ketidaktegasan pemerintah dan aparat, sangat berbeda sikap dalam kasus para ketua KPK yang cepat diamankan aparat

Anda masih punya harapan bahwa uang itu tidak akan hilang?

Itu pasti. Pasti. Dan kalau SBY turun tangan pasti.

Kenapa harus presiden segala?

Karena siapa lagi yang bisa mengatasi ini kalau bukan seorang presiden? Menteri Kehakiman, Pak Boediono di BI (Bank Indonesia) tidak bisa. Kita sudah urus dari dulu. Apa itu surat kita ke presiden pun dibuang kali itu.

Maryono bilang begini: “Secara naluri, hati nurani, saya kasihan dengan masyarakat. Tapi dari mana saya dapat uang untuk bayar masyarakat? Saya tidak punya uang.”
Lha, dari asetnya Robert Tantular. Jangan dibuat bancakan di Bareskrim, di kejaksaan, di kepolisian, di pengadilan nanti.

Akhirnya habis nanti, sementara kami tidak dapat apa-apa. Dia bilang habis Rp 4 triliun. Mana itu Rp 4 trilun? Sekarang ambil alih oleh pemerintah, kembalikan uang masyarakat. Oke!

Suara Anda tetap kenceng.

Itu artinya saya bersemangat karena saya tidak stres. Walaupun bicara saya meledak-ledak begini, otak saya jalan. Saya punya inteligensi.

Sempat stres gara-gara kasus ini?

Sebulan setelah uang saya tidak cair saya sangat-sangat tertekan. Tapi, dengan dukungan moral dari teman-teman saya, karyawan (ada sekitar 530 karyawan), saya tidak sampai down.

Mengapa tidak diselesaikan secara hukum, tidak perlu move-move jual rujak?

Begini. Di dunia perhukuman Indonesia, hukumnya bagus, orangnya tidak bagus. Dari pengacara sampai pengadilan… tidak ada yang bagus. Orangnya lho. Tapi hukumnya memang bagus.

Saya ini sarjana hukum, Pak. Orang pelaksana hukum itu tidak bagus. Lha, bagaimana saya mau ke jalur hukum

Khabar terakhir beliau pun mencalonkan diri menjadi Menteri Keuangan 2009-2014, Hebat sekali nih ibu, kami dukung dah :)
Sumber: Kabarbisnis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar